Kamis, 22 Mei 2014

Allah




 




Definisi: Pribadi yang Mahatinggi, nama khas-Nya ialah Yehuwa. Bahasa Ibrani menggunakan istilah-istilah untuk ”Allah” yang menyatakan gagasan kekuatan, juga keagungan, wibawa, dan keluhuran. Bertentangan dengan Allah yang benar, ada allah-allah palsu. Beberapa di antaranya menetapkan diri sendiri sebagai ilah-ilah; yang lain-lain dijadikan objek-objek pemujaan oleh orang-orang yang melayani mereka.

 

Apakah ada alasan yang kuat untuk percaya kepada Allah?

 

Mz. 19:1: ”Langit menyatakan kemuliaan Allah; dan angkasa menceritakan pekerjaan tangannya.”

 

Mz. 104:24: ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh, Yehuwa! Semuanya itu kaubuat dengan hikmat. Bumi penuh dengan hasil kerjamu.”

 

Rm. 1:20: ”Sifat-sifatnya yang tidak kelihatan, . . . jelas terlihat sejak penciptaan dunia, karena sifat-sifat tersebut dipahami melalui perkara-perkara yang diciptakan.”

 

Majalah New Scientist mengatakan, ”Pandangan kaum awam tetap ada—bahwa ilmuwan-ilmuwan ’menyangkal’ agama. Ini adalah suatu pandangan yang pada umumnya mengharap bahwa para ilmuwan adalah orang-orang yang tidak beriman; bahwa Darwin telah memalu paku terakhir pada peti mati Allah; dan bahwa serentetan pembaruan yang bersifat ilmiah dan teknis sejak itu telah meniadakan kemungkinan adanya suatu kebangkitan. Ini adalah pandangan yang sangat keliru.”—26 Mei 1977, hlm. 478.

 


Seorang anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis mengatakan, ”Ketertiban alamiah tidak diciptakan oleh pikiran manusia atau ditetapkan oleh kesanggupan perseptif. . . . Adanya ketertiban menandakan adanya suatu kecerdasan yang mengorganisasi. Kecerdasan demikian tidak lain adalah milik Allah.”—Dieu existe? Oui (Paris, 1979), Christian Chabanis, mengutip Pierre-Paul Grassé, hlm. 94.

 

Para ilmuwan telah mengenali lebih dari 100 unsur kimia. Susunan atomnya menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang rumit secara matematika dalam unsur-unsurnya. Tabel periodik menunjukkan adanya rancangan yang jelas sekali. Rancangan yang begitu menakjubkan tidak mungkin terjadi secara kebetulan, suatu hasil kebetulan.

Perumpamaan: Jika kita melihat sebuah kamera, sebuah radio, atau komputer, kita segera mengakui bahwa benda-benda itu pasti dihasilkan oleh seorang perancang yang cerdas. Jadi, apakah masuk akal, untuk mengatakan bahwa benda-benda yang jauh lebih rumit—mata, telinga, dan otak manusia—tidak diciptakan oleh Perancang yang cerdas?

 

Lihat juga halaman 263-265, di bawah judul ”Penciptaan”.

 

Apakah adanya kefasikan dan penderitaan membuktikan bahwa tidak ada Allah?

 

Pertimbangkan contoh-contoh: Apakah fakta bahwa pisau telah digunakan untuk membunuh membuktikan bahwa tidak ada yang membuatnya? Apakah digunakannya pesawat-pesawat jet untuk menjatuhkan bom pada masa perang membuktikan bahwa tidak ada yang merancangnya? Atau, bukankah cara penggunaan alat-alat itulah yang telah menimbulkan kesedihan atas umat manusia?

 

Bukankah benar bahwa banyak penyakit merupakan akibat dari kebiasaan hidup manusia sendiri yang tidak baik dan karena ia merusak lingkungan bagi dirinya dan orang-orang lain? Bukankah peperangan yang diperjuangkan oleh manusia menjadi penyebab utama penderitaan umat manusia? Bukankah juga benar bahwa meskipun jutaan orang menderita karena kekurangan makanan, lebih dari cukup makanan terdapat di negeri-negeri lain, yang menunjukkan bahwa salah satu problem utamanya ialah ketamakan manusia? Semua hal tersebut membuktikan, bukan tidak adanya Allah, melainkan bahwa manusia secara menyedihkan telah menyalahgunakan kemampuan yang Allah berikan kepada mereka dan kepada bumi itu sendiri.

Apakah Allah benar-benar prihatin terhadap apa yang terjadi atas kita, umat manusia?

Ya, memang! Pikirkan buktinya: Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah memberikan permulaan yang sempurna kepada manusia. (Kej. 1:27, 31; Ul. 32:4) Manusia dapat terus menikmati perkenan Allah asalkan ia taat kepada Penciptanya. (Kej. 2:16, 17) Jika manusia taat, ia akan terus menikmati kehidupan yang sempurna—tanpa penyakit, tanpa penderitaan, tanpa kematian. Pencipta akan menyediakan bagi manusia bimbingan yang dibutuhkan dan akan menggunakan kekuasaan-Nya untuk melindungi umat manusia terhadap bencana apa pun. Namun, manusia menolak bimbingan Allah; ia memilih haluan untuk memerintah diri sendiri. Dengan berupaya melakukan sesuatu yang tidak pernah dimaksudkan agar ia lakukan, manusia telah mendatangkan bencana bagi dirinya sendiri. (Yer. 10:23; Pkh. 8:9; Rm. 5:12) Namun, selama berabad-abad Allah dengan sabar mencari orang-orang yang, karena mengasihi Dia dan jalan-jalan-Nya, mau melayani Dia. Ia menaruh di hadapan mereka kesempatan untuk menikmati semua berkat yang tidak mereka peroleh akibat ketidaksempurnaan dan pemerintahan yang salah dari manusia. (Pny. 21:3-5) Persediaan yang Allah buat melalui Putra-Nya untuk menebus umat manusia dari dosa dan kematian merupakan bukti yang menakjubkan tentang kasih Allah yang besar terhadap manusia. (Yoh. 3:16) Allah juga menetapkan suatu waktu manakala Ia akan membinasakan orang-orang yang merusak bumi, dan orang-orang yang mengasihi kebenaran akan dapat menikmati kehidupan selaras dengan maksud-tujuan-Nya sendiri yang semula.—Pny. 11:18; Mz. 37:10, 11; lihat juga judul-judul utama ”Penderitaan” dan ”Kefasikan”.

 

Apakah Allah pribadi yang nyata?

 

Ibr. 9:24: ”Kristus . . . masuk . . . ke dalam surga itu sendiri, untuk menghadap pribadi Allah bagi kita.”

 

Yoh. 4:24: ”Allah adalah Roh.”

 

Yoh. 7:28: ”Dia yang mengutus aku benar-benar ada,” kata Yesus.

 

1 Kor. 15:44: ”Jika ada tubuh jasmani, ada juga tubuh rohani.”

Apakah Allah mempunyai perasaan yang sama seperti yang ada pada orang-orang yang hidup?

Yoh. 16:27: ”Bapak sendiri memiliki kasih sayang terhadap kamu, karena kamu memiliki kasih sayang terhadapku dan percaya bahwa aku datang sebagai wakil Bapak.”

Yes. 63:9: ”Selama kesesakan mereka, hal itu menyesakkan baginya. . . . Karena kasih dan keibaan hatinya ia membeli mereka kembali.”

1 Tim 1:11: ”Allah yang bahagia.”

 

Apakah Allah mempunyai permulaan?

 

Mz. 90:2: ”Sebelum gunung-gunung dilahirkan, atau sebelum engkau melahirkan bumi dan tanah yang produktif bagaikan dengan sakit bersalin, dari waktu yang tidak tertentu sampai waktu yang tidak tertentu, engkaulah Allah.”

 

Apakah hal itu masuk akal? Pikiran kita tidak dapat memahami hal itu sepenuhnya. Namun, itu bukan alasan yang kuat untuk menolaknya. Pertimbangkan contoh-contoh: (1) Waktu. Tidak seorang pun yang dapat menunjuk ke suatu saat tertentu sebagai permulaan waktu. Dan faktanya adalah, meskipun kehidupan kita berakhir, waktu tidak berakhir. Kita tidak menolak gagasan tentang waktu karena ada segi-segi darinya yang tidak kita pahami sepenuhnya. Sebaliknya, kita mengatur kehidupan kita dengan waktu. (2) Ruang. Para astronom tidak menemukan permulaan atau akhir ruang. Makin jauh mereka mencari-cari di alam semesta, makin luaslah ruang itu. Mereka tidak menyangkal apa yang diperlihatkan oleh buktinya; banyak yang menyebut ruang tidak ada batasnya. Prinsip yang sama berlaku untuk keberadaan Allah.

 

Contoh-contoh lain: (1) Para astronom memberi tahu kita bahwa panas matahari pada intinya ialah 15.000.000° Celsius. Apakah kita menyangkal gagasan itu hanya karena kita tidak dapat mengerti sepenuhnya panas yang begitu hebat? (2) Mereka mengatakan bahwa ukuran Bimasakti kita begitu besar sehingga seberkas cahaya yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 300.000 kilometer per detik membutuhkan 100.000 tahun untuk melintasinya. Apakah pikiran kita benar-benar dapat memahami jarak yang begitu jauh? Namun, kita menerimanya karena bukti ilmiah mendukung hal itu.

 

Mana yang lebih masuk akal—bahwa alam semesta ini adalah hasil karya Pencipta yang hidup dan cerdas? Atau, bahwa alam semesta itu muncul begitu saja secara kebetulan dari suatu sumber yang mati tanpa adanya petunjuk yang cerdas? Ada orang-orang yang menyetujui pandangan yang terakhir karena jika tidak, mereka harus mengakui adanya Pencipta yang sifat-sifat-Nya tidak dapat mereka pahami sepenuhnya. Namun, umum diketahui bahwa para ilmuwan tidak mengerti sepenuhnya cara kerja gen-gen yang ada di dalam sel-sel hidup dan yang menentukan bagaimana sel-sel ini akan bertumbuh. Mereka juga tidak memahami sepenuhnya cara kerja otak manusia. Tetapi, siapa akan menyangkal bahwa hal-hal tersebut ada? Apakah kita harus benar-benar dapat memahami segala sesuatu tentang Pribadi yang begitu agung yang dapat menciptakan alam semesta, dengan semua rancangannya yang rumit dan ukurannya yang luar biasa besar?

 

Apakah penting untuk menggunakan nama Allah?

 

Rm. 10:13: ”Setiap orang yang berseru kepada nama Yehuwa akan diselamatkan.”

 

Yeh. 39:6: ”Orang-orang akan mengetahui bahwa akulah Yehuwa.”

 

Yesus mengatakan kepada Bapaknya, ”Aku telah memberitahukan namamu kepada mereka [para pengikutnya yang sejati] dan akan memberitahukannya.”—Yoh. 17:26.

 

Lihat juga halaman 424, 425 di bawah ”Yehuwa”.

 

Selama kita mempunyai agama, apakah menjadi soal Allah mana yang kita layani?

 

1 Kor. 10:20: ”Perkara-perkara yang dikorbankan oleh bangsa-bangsa, mereka korbankan kepada hantu-hantu dan bukan kepada Allah.”

 

2 Kor. 4:4: ”Allah sistem ini membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya, agar penerangan dari kabar baik yang mulia mengenai Kristus, yang adalah gambar Allah, tidak dapat menembus.” (Di sini, si Iblis disebut sebagai suatu ”allah”. Lihat 1 Yohanes 5:19; Penyingkapan 12:9.)

 

Mat. 7:22, 23: ”Banyak yang akan mengatakan kepadaku [Yesus Kristus] pada hari itu, ’Tuan, Tuan, bukankah kami bernubuat dengan namamu, dan mengusir hantu-hantu dengan namamu, dan melakukan banyak perbuatan penuh kuasa dengan namamu?’ Meskipun demikian, pada waktu itu aku akan mengaku kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapanku, hai, orang-orang yang melanggar hukum.” (Bahkan pengakuan sebagai seorang Kristen bukanlah jaminan bahwa kita melayani Allah yang benar dengan cara yang diperkenan-Nya.)

 

Lihat juga halaman 29-31, di bawah judul ”Agama”.

 

Jika Yehuwa adalah ”satu-satunya Allah yang benar”, ”Allah” macam apakah Yesus itu?

 

Yesus sendiri menyebut Bapaknya sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”. (Yoh. 17:3) Yehuwa sendiri mengatakan, ”Tidak ada Allah selain aku.” (Yes. 44:6) Rasul Paulus menulis bahwa, bagi umat Kristen sejati, ”hanya ada satu Allah, sang Bapak”. (1 Kor. 8:5, 6) Jadi, Yehuwa unik; tidak ada pribadi mana pun yang mempunyai kedudukan yang sama seperti Dia. Yehuwa sama sekali berbeda dengan semua objek yang dipuja, seperti, berhala, manusia yang didewakan, dan Setan. Semuanya adalah allah-allah palsu.

 

Yesus disebut dalam Alkitab sebagai ”suatu allah”, bahkan sebagai ”Allah yang Perkasa”. (Yoh. 1:1; Yes. 9:6) Tetapi ia tidak pernah disebut sebagai Yang Mahakuasa, seperti Yehuwa. (Kej. 17:1) Yesus dikatakan sebagai ”cerminan kemuliaan Allah”, tetapi Bapak adalah Sumber kemuliaan tersebut. (Ibr. 1:3) Yesus sama sekali tidak berupaya mendapatkan kedudukan Bapaknya. Ia mengatakan, ”Yehuwa, Allahmu, yang harus engkau sembah, dan kepada dia saja engkau harus memberikan dinas suci.” (Luk. 4:8) Ia ada ”dalam wujud Allah”, dan sang Bapak memerintahkan supaya ”dengan nama Yesus semua harus bertekuk lutut”, tetapi semua ini dilakukan ”bagi kemuliaan Allah, sang Bapak”.—Flp. 2:5-11; lihat juga halaman 430-434.

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar